Jumat, 16 Desember 2011

cerpen


Mengenang Shanty

Ada dua orang sahabat yang bernama Shanty dan Mischa, mereka adalah sahabat sejati. Persahabatan itu telah terjalin selama enam tahun. Kegembiraan dan kesedihan hidup masa remaja mereka lalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan saja. Mischa kehilangan seorang sahabat yang takkan terganti. Mischa terjatuh kembali pada tabir ingatan tentang Shanty. Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu. Sewaktu mereka sedang berada di kantin.
Mischa                    : “Kenapa kamu mengambil pena kesayanganku, Shan?”
Shanty         : “Maaf Mis, aku nggak bermaksud kayak gitu, kemarin saat aku mau pinjem pena kamu, kamunya nggak ada!”
Mischa                    : “Tapi nggak seharusnya kan kamu ngambil tanpa izin?”
Shanty         : “Iya Mis, aku minta maaf.”
Mischa                    : “Terus sekarang penaku mana?”
Shanty         : “Aku lupa naruhnya Mis, tapi aku janji bakal gantiin penamu yang aku hilangin.”
Mischa          : “Hah apa? Pena aku hilang walaupun kamu ganti dengan pena yang mahal, aku tetep nggak akan trima. Pena itu beda dari pena yang lain. Kamu tau nggak?”
Shanty         : “Mischa, aku minta maaf.”
          Mischa tidak mau menerima pena yang baru dari Shanty, karena menurut Mischa pena yang hilang itu tak dapat digantikan. Pena itu sangat berharga buat Mischa karena pena itu adalah hadiah dari Shanty saat mereka pertama kali menjadi sepasang kawan karib. Mischa masih memarahi Shanty, tanpa sadar dia menghentakkan meja kantin hingga Shanty terkejut lalu meninggalkan Mischa.
Mischa          : “Pokoknya aku nggak mau bicara sama kamu, sebelum kamu nemuin penaku, ngerti?”
                   Brook………………
Shanty         : “Aku minta maaf Mis.”
Setelah itu Shanty pergi meinggalkan Mischa. Beberapa hari kemudian Shanty tidak berangkat sekolah, perasaan Mischa nggak karuhan. Mischa takut terjadi apa-apa pada Shanty.
Mischa          : “Kenapa udah beberapa hari ini Shanty nggak berengkat sekolah? Apa mungkin dia sakit? Apa yang terjadi pada Shanty? Ehm…. Aku pergi ke rumahnya sajalah.”
Tapi niatnya terhenti di situ saat telepon rumahnya berdering.
Kriiiing….kring….
Ibu Mischa    : “Halo selamat siang?”
Kakak Shanty          : “Siang bu…. Maaf mengganggu! Ibu dan Mischa bisa datang ke rumah saya, ada sesuatu yang buruk terjadi pada Shanty.”
Ibu Mischa    : “Iya, saya sama Mischa akan datang ke sana secepatnya. Memangnya apa yang terjadi pada Shanty?”
Kakak Shanty          : “Nanti saja saya ceritakan, sekarang ibu dan Mischa ke rumah saya dulu!”
Ibu Mischa    : “Ya udah, saya ke sana sekarang. Terimakasih atas kabarnya.”
Kakak Shanty          : “Iya, sama-sama.”
Lalu ibu Mischa memanggil anak daranya utnuk bersiap-siap menuju rumah Shanty. Jantung mscha berdetak sangat kencang. Tak pernah ia merasakan hal seperti itu.
Ibu Mischa    : “Mischa…. Mischa cepat ganti baju, kita harus pergi ke rumah Shanty, sesuatu yang buruk telah terjadi sama Shanty.”
Mischa                   : “Iya bu....”
“Ya Tuhan apa yang terjadi dengan sahabatku, Shanty? Tentramkanlah hatiku ini, Tuhan. Semoga Shanty baik-baik saja.”
Ibu Mischa    : “Tenang saja Mis, Shanty akan baik-baik saja kok.”
Mischa                   : “Iya bu….terimakasih.”
Dalam perjalanan Mischa selalu berdoa. Setiba di sana rumah Shanty dipenuhi dengan sanak saudaranya. Mischa lalau menuju ke ibu Shanty dan bersalaman. Lalau Mischa bertanya apa yang terjadi.
Mischa                   : “Sebenarnya apa yang terjadi, bu?
Ibu Shanty    : “Sewaktu dia mau menyeberang jalan menuju ke sekolah ada sebuah motor yang menabrak dia.”
Ibu Mischa    : “Terus Shanty bagaimana, bu?”
Ibu Shanty    : “Shanty sempat dirawat di rumah sakit beberapa hari, tapi tuhan berkehendak lain.”
Ibu Mischa    : “Yang sabar ya! Mungkin ini yang terbaik untuk Shanty, kami juga turut berduka cita”
Ibu Shanty    : “Iya, terimakasih atas perhatiannya.”
Mischa                   : “Kenapa semua ini bisa terjadi, bu?”
Ibu Shanty    : “Saat itu memang Shanty sedang tidak enak badan, tapi dia bersikeras untuk ke sekolah, dia ingin bertemu dengan kamu, nak. Tapi keingingan itu tidak tercapai sampai nafas terakhirnya.”
Mischa                   : “Shanty, maafkan aku….”
Dengan terisak-isak menceritakan kejadian naas itu, ibu Shanty memberikan surat kepada Mischa, Mischa pun menerimanya. Dan di dalam surat tersebut ada pena kesayangan Mischa. Juga terdapat surat yang di tulis oleh Shanty.
Ibu Shanty    : “Ini nak, surat titipan dari Shanty untuk kamu.”
Mischa                   : “Terimakasih, bu.”
Mischa pun membaca surat tersebut

Mischa
Aku minta maaf karena sudah membuatmu marah. Maafkan aku telah menghilangkan pena kesayanganmu. Aku sungguh merasa bersalah kepadamu tadi aku begegas pulang untuk mencari penamu di rumah. Ternyata di rumahku pun tidak ada. Aku berusaha untuk mengingatnya kembali, dan aku teringat kalau penamu tertinggal di meja lab fisika. Itu pun agak lambat karena mendadak badanku tidak sehat, aku juga minta bantuan siti untuk mencari penamu. Ternyata siti menemukan penamu di bawah mejaku. Maafkan aku ya Mis…. Oh ya, terimakasih ya Mischa, karena kamu telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama ini. Terima kasih juga karena selama ini sudah mengajariku tentang arti persahabatan. Aku sangat senang menjadi sahabatmu.
Shanty          

Ibu Mischa    : “Sudahlah Mis, relakan saja sahabatmu Shanty, biarkan dia tenang di alam sana.”
Mischa                   : “Iya bu….”
Ibu Mischa    : “Saya dan ibunya Shanty mau berziarah di makam Shanty, kamu mau ikut ngga, Mis?”
Mischa                   : “Ikut donk bu, aku juga mau mendoakan Shanty.”

Mischa, ibu Mischa, dan ibu Shanty berziarah ke makam Shanty. Mereka berdoa agar Shanty bisa tenang di alam sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar